MAKALAH EKOLOGI
TUMBUHAN
“KLIMATOLOGIS,
EDHAPIS,SIKLUS BIOGEOKIMIA
RAWA AIR TAWAR”
DOSEN PEMBIMBING
: Dr.Elfis.M,Si
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
ANNISA RAHAYU, ARDITYA FIBRI
SRI LESTARI,ELFIZA,ELSYA FANENCI, ITA JUWITA, KAMSIAH, OCTA APRILIA
NOLY
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul “Edaphis Rawa Air
Tawar”.
Makalah ini berisikan tentang
klimatologis ekosistem rawa air tawar, edaphis ekosistem rawa air tawar serta
siklus biogeokimia ekosistem rawa air tawar. diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang ekosistem rawa air tawar
Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penulisan
makalah ini dari awal sampai akhir.semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita.Amin
Pekanbaru, 26 Maret 2014
Penulis
BAB I
EKOSISTEM HUTAN
RAWA AIR TAWAR
1.1 Penejelasan Ekosistem
1.1.1 Konsep Ekosistem
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati
yang membentuk sistem ekolog. Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks
dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam
ekosistem.Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biostem yang
melibatkan interaksi timbalbalik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga
aliran energi menuju kepada sesuatu struktur biotik tertentu dan terjadi siklus
materi antar organisme dan anorganisme(wikipedia).
Menurut
Undang-Undang lingkungan hidup 1982, mengatakan bahwa ekosistem adalah tatanan
kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling mempengaruhi. Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem
eklogi tempat berlangsungnya sistem pemrosesan energi dan perputaran materi
oleh komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu (Elfis,2010).
suatu
ekosistem dikatakan dalam keadaan seimbang apabila komposisi diantara
komponen-komponen tersebut dalam keadaan seimbang. ekosistem yang seimbang,
keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara
(Wikipedia).
1.2 Ekosistem Hutan Rawa Air Tawar
1.2.1 Pengertian Hutan Rawa Air Tawar
Ekosistem rawa memiliki ciri-ciri antara
lain suhu rendah, kadar garam rendah, penetrasi cahaya yang kurang, dipengaruhi
iklim dan cuaca di sekitar, dan memiliki tumbuhan seperti jamur, gulma, alga
yang berfungsi sebagai produsen, serta memiliki ikan air tawar yang dapat
dijadikan sebagai sumber pangan protein hewani. Rawa pening dan lebak tergolong
ekosistem air tenang (letik) dan sumber airnya berasal dari air hujan dan
air sungai. Rawa penting sebagai kawasan penyangga untuk menampung
air dalam jumlah besar yang berasal dari curahan hujan lebat dan sebagai
regulator aliran air tetapi daya tampung rawa jauh lebih besar. Fungsi
regulator untuk kontuinitas aliran air, sehingga sangat penting bagi makhluk
hidup termasuk manusia yang berdiam di hilir rawa. Peningkatan jumlah gulma
menyebabkan penurunan jumlah ikan air tawar. Akan tetapi, Gulma air secara
ekologis berperan mengurangi bahan pencemar.
Ekosistem air tawar merupakan kosistem
dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya mineral dengan pH
sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu tetap. Ekosistem rawa air
tawar ini ditumbuhi oleh beragam jenis vegetasi. Hal ini desebabkan oleh
terdapatnya beragam jenis tanah pada berbagaiekosistem rawa air tawar.Di
beberapa daerah pada rawa-rawa tersebut ditumbuhi rumput, ada pula yang hanya
ditumbuhi jenis pandan atau palem (Asau) yang mendominasi. Malah ada
pula yang menyerupai hutan-hutan dataran rendah, dengan akar tunjang atau
akar napas maupun seperti penupang pohon. Dan pada Rawa Air Tawar di desa Tasik Serai
Timur Kecamatan Bengkalis tumbuhan yang mendominasi di sekitar pinggiran rawa
yaitu Cucup dan semakin ketengah rawa di dominasi tanaman Asau atau Pandan.
1.2.2 Pengertian Rawa Air Tawar
Rawa air tawar merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air,yang penggenangannya dapat bersifat musiman atau pun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Genangan air dapat berasal dari hujan atau luapan air sungai pada saat pasang. (Adawiyah, 2010). Pada musim hujan lahan tergenang sampai satu meter, tetapi pada musim kemarau menjadi kering, bahkan sebagian muka air tanah turun mencapai jeluk (depth) > 50 cm dari permukaan tanah. (Noor, 2004). Ekosistem rawa dibagi menjadi tiga yaitu : tawar, asin, dan payau. Rawa air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar 6. Kondisi air tidak selalu tetap, adakalanya naik atau adakalanya turun, bahkan suatu ketika dapat pula mengering (Irwan, 2007).
Rawa air tawar merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air,yang penggenangannya dapat bersifat musiman atau pun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Genangan air dapat berasal dari hujan atau luapan air sungai pada saat pasang. (Adawiyah, 2010). Pada musim hujan lahan tergenang sampai satu meter, tetapi pada musim kemarau menjadi kering, bahkan sebagian muka air tanah turun mencapai jeluk (depth) > 50 cm dari permukaan tanah. (Noor, 2004). Ekosistem rawa dibagi menjadi tiga yaitu : tawar, asin, dan payau. Rawa air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar 6. Kondisi air tidak selalu tetap, adakalanya naik atau adakalanya turun, bahkan suatu ketika dapat pula mengering (Irwan, 2007).
Rawa
Air Tawar di desa Tasik Serai Timur Kecamatan Bengkalis salah satu rawa
yang sangat luas di Riau. Rawa ini memiliki peran penting bagi penduduk
setempat sebagai sumber penghasilan yaitu dengan menangkap ikan yang ada di
rawa serta memanfaatkan tumbuhan "Cucup dan Asau"
digunakan untuk pembuatan tikar. Rawa air tawar ini dapat mengering pada musim
kemarau dan tergenang air sampai sekitar 5 meter pada musim hujan.
BAB I
PENDAHULUAN
klimatologis ekosistem rawa air tawar
A.
Latar Belakang
Ekosistem
air tawar merupakan kosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar
yang kaya mineral dengan pH sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu
tetap. Ekosistem rawa air tawar ini ditumbuhi oleh beragam jenisvegetasi. Hal
ini desebabkan oleh terdapatnya beragam jenis tanah pada berbagaiekosistem rawa
air tawar.Di beberapa daerah pada rawa-rawa tersebut ditumbuhi rumput, ada pula
yang hanya ditumbuhi jenis pandan atau palem yang menonjol. Malah ada pula
yang menyerupai hutan-hutan dataran
rendah, dengan akar tunjang atau akar napas maupun seperti penupang pohon.
B. Tujuan
·
Untuk mengetahui klasifikasi atau
pembagian ekosistem rawa air tawar
·
Untuk mengetahui faktor
klimatologis atau iklim pada ekosistem rawa air tawar
·
Untuk mengetahui ciri-ciri
ekosistem rawa air tawar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ciri-ciri
Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri
ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak
adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum
hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya
telah beradaptasi. Adaptasi organisme air
tawar adalah sebagai berikut:
v Adaptasi
tumbuhan
Tumbuhan
yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti
beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan
akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea
gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah
yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis
lingkungan atau isotonis.
v Adaptasi
hewan
Ekosistem
air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan
menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air
tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan
osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem
ekskresi, insang, dan pencernaan.
Habitat
air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan
organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
Ekosistem
air tawar memiliki beberapa karakteristik, seperti variasi suhu yang
perubahannya tidak menyolok, tumbuhan yang dominannya alga, dan keadaan
lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Karateristik ekosistem air
tawar lainnya seperti tumbuhan rendah bersel satu mempunyai dinding sel yang
kuat, sedang tumbuhan tingkat tinggi mempunyai akar sulur untuk melekat pada
bagian dasar perairan, misalkan teratai, kangkung, ganggang biru dan ganggang
hijau. Sedangkan, karakteristik hewannya memiliki ciri-ciri mengeluarkan air
berlebih, garam diabsorpsi (diserap) melalui insang secara aktif dan sedikit
minum, air masuk dalam tubuh secara osmosis. Ekosistem air tawar dibagi menjadi
dua, yaitu lotik dan lentik. Ekosistem air tawar lotik merupakan perairan berarus,
contohnya adalah sungai. Adapun ekosistem air tawar lentik memiliki ciri airnya
tidak berarus. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme air tawar dibedakan
sebagai berikut :
1. Plankton,
terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak
pasif) mengikuti gerak aliran air.
2. Nekton,
hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
3. Neuston,
organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada
permukaan air, misalnya serangga air.
4. Perifiton,
merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan atau benda lain,
misalnya siput.
5. Bentos,
hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat
sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
Ekosistem
air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Ekosistem air tenang
meliputi danau dan rawa, sedangkan ekosistem air mengalir adalah sungai.
B. Klasifikasi atau Pembagian
Ekosistem Rawa Air Tawar
Ekosistem air tawar
digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang
adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
1.
Danau
Danau merupakan suatu
badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga
ratusan meter persegi.
Di danau terdapat pembagian
daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang
dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut
daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah
afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis
atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan
daerah dingin di dasar.
Komunitas tumbuhan dan
hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi.
Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut:
a) Daerah litoral Daerah ini merupakan
daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat
berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan
daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Komunitas organisme
sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom),
berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan
semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang
sering mencari makan di danau.
b) Daerah limnetik Daerah ini merupakan
daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah
ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri.
Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim
panas dan musim semi.
Zooplankton
yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
c) Daerah profundal Daerah ini merupakan
daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen
untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini
dihuni oleh cacing dan mikroba.
d) Daerah bentik Daerah ini merupakan
daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme
mati. Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya,
yaitu sebagai berikut :
1.
Danau Oligotropik. Oligotropik merupakan
sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di
daerah limnetik tidak
produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
2.
Danau Eutropik. Eutropik merupakan
sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan,
karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh,
terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal.
Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya
materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat
dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan
pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan
sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang
atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang
akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut. Pengkayaan danau
seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air
tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
·
Pengukuran faktor abiotik
danau
1. Pencuplikan Air
Pengambilan sampel
air yang menyangkut pemeriksaan kadar oksigen terlarut dengan menggunakan water
bottle sampler merk La Motte bertujuan agar tidak menimbulkan gelembung
udara. Pencuplikan air digunakan untuk pemeriksaan oksigen terlarut didalam
air.
2. Pengukuran Suhu Air
Tinggi rendahnya
nilai temperatur suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan organisme air
termasuk plankton. Tingginya nilai temperatur dapat meningkatkan kebutuhan
plankton akan oksigen. Hal ini disebabkan karena temperatur dapat memicu
aktivitas fisiologis plankton sehingga kebutuhan akan oksigen semakin
meningkat. Dalam setiap penelitian dalam ekosistem akuatik, pengukuran
temperatur air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena
kelarutan berbagai gas di dalam air serta semua aktivitas biologis-fisiologis
di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh temperatur.
Menurut Hukum Van’t Hoffs bahwa
kenaikan temperatur sebesar 10oC (hanya pada kisaran temperatur yang
masih ditolerir) dapat meningkatkan aktivitas fisiologis (misalnya respirasi)
dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Pola temperatur ekosistem akuatik juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran
panas antara air dengan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor kanopi
(penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi badan perairan.
(Brehm & Maijering, 1990 dalam Barus, 2004).
Kerapatan air
tertinggi terjadi pada suhu 4 oC, di atas dan di bawah suhu tersebut
air akan berkembang dan menjadi lebih ringan. Sifat unik ini menyebabkan air
danau tidak membeku seluruhnya pada musim dingin. Walaupun variasi suhu dalam
air tidak sebesar di udara, hal ini merupakan faktor pembatas utama karena
organisme akuatik sering kali mempunyai toleransi yang sempit (Odum, 1994).
Temperatur air di suatu ekosistem danau dipengaruhi terutama oleh intensitas
cahaya matahari tahunan, letak geografis serta ketinggian danau di atas
permukaan laut (Barus, 2004).
3. Pengukuran Derajat Keasaman (pH) Air
Nilai pH yang terlalu asam atau basa berbahaya bagi kelangsungan
hidup plankton karena akan menyebabkan berbagai gangguan metabolisme termasuk respirasi.
Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral
dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa. Nilai pH yang ideal
bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5.
Kondisi perairan yang sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan
kelangsungan hidup organisma karena akan menyebabkan terjadinya berbagai
gangguan seperti gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004).
Pengukuran pH air
dapat dilakukan dengan cara kolorimetri, dengan kertas Ph, atau dengan pH meter
(Suin, 2002). pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan dan
suasana air juga mempengaruhi beberapa hal lain misalnya kehidupan biologi dan
mikrobiologi.
pH-meter adalah sebuah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH
(keasaman atau alkalinitas) dari suatu cairan (meskipun probe khusus terkadang
digunakan untuk mengukur pH zat semi padat). pH-meter yang biasa terdiri
dari pengukuran khusus probe (elektroda gelas) yang terhubung ke meteran
elektronik yang mengukur dan menampilkan pH membaca.
4. Pengkuran Derajat Kecerahan Air
Penetrasi cahaya
sangat mempengaruhi keberadaan plankton di suatu badan perairan, sebab
penetrasi cahaya sangat menentukan proses fotosintesis dan reproduksi yang
dilakukan plankton masih dapat berlangsung. Menurut Nybakken (1992) bahwa
kedalaman penetrasi cahaya yang merupakan kedalaman di mana produksi
fitoplankton masih dapat berlangsung, bergantung pada beberapa faktor, antara
lain absorpsi cahaya oleh air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air,
pemantulan cahaya oleh permukaan laut, lintang geografik dan musim. Menurut
Barus (2004) bahwa kedalaman penetrasi cahaya akan berbeda pada setiap
ekosistem air yang berbeda. Bagi organisma air, intensitas cahaya berfungsi
sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme tersebut dalam
habitatnya.
Bila kekeruhan
disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktifitas.
Kejernihan dapat diukur dengan alat yang amat sederhana yang disebut dengan
cakram Secchi (Odum, 1994). Prinsip penentuan kecerahan air dengan keping
sechii adalah berdasarkan batas pandangan ke dalam air untuk melihat warna
putih yang berada dalam air. Semakin keruh suatu badan air akan semakin dekat
dengan batas pandangan, sebaliknya kalau air jernih akan jauh batas pandangan
tersebut. Keping sechii berupa suatu kepingan yang berwarna hitam putih yang
dibenamkan ke dalam air (Suin, 2002).
5. Penentuan Kadar
Oksigen Terlarut
Oksigen
memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen
terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan proses biologis yang dilakukan
oleh organisme aerobik atau anaerobik. Peranan oksigen paada organisme aerobik,
adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya
adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan.
Sedangkan dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi
senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas.
Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat
penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami
maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan
industri dan rumah tangga.
Sebagaimana
diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia
beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping
itu, oksigen jugasangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan.
Organisme tertentu, sepertimikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan
senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lainyang Iebih sederhana dan tidak
beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan industridan limbah
sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya.
Oksigen terlarut
dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan
pembiakan. Disamping itu,
oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik
dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari
suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang
hidup dalam perairan tersebut.
Plankton merupakan
organisme air yang membutuhkan oksigen untuk melaksanakan aktivitas fisiologis
dan biologis. Kandungan oksigen terlarut yang terdapat di suatu badan perairan
tentu saja sangat mempengaruhi keberadaan plankton karena plankton membutuhkan
oksigen untuk dikonsumsi terutama pada saat proses respirasi. Agar dapat hidup,
hewan maupun tumbuhan air memerlukan oksigen untuk proses respirasi. Kadar
oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen yang terlarut dalam volume air
tertentu pada suatu suhu dan tekanan atmosfer tertentu. Pada tekanan atmosfer
normal (1 atm) dan suhu 20 oC, kadar maksimum oksigen terlarut dalam
air adalah 9 ppm (mg/l).
6. Pengukuran Turbiditas Air
Turbiditas
(kekeruhan) merupakan kandungan bahan Organik maupun Anorganik yang terdapat di
peraairan sehingga mempengaruhi proses kehidupan organisme yang ada di perairan
tersebut. Turbiditas sering di sebut dengan kekeruhan, apabila di dalam air
media terjadi kekeruhan yang tinggi maka kandungan oksigen akan menurun, hal
ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam perairan sangat
terbatas sehingga tumbuhan/ phytoplankton tidak dapat melakukan proses
fotosintesis untuk mengasilkan oksigen.
Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan, yang
biasanya dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan misalnya air. Salah satu
parameter mutu yang sangat vital adalah kekeruhan yang kadang-kadang diabaikan
karena dianggap sudah cukup dilihat saja atau alat ujinya yang tidak ada
padahal hal tersebut dapat berpengaruh terhadap mutu. Oleh sebab itu untuk
mengendalikan mutu dilakukan uji kekeruhan dengan alat turbidimeter.
7. Pengukuran Salinitas dan Konduktivitas Air
Salinitas
merupakan jumlah gram garam yang terlarut dalam satu kilogram air laut.
Konsentrasi garam dikontrol oleh batuan alami yang mengalami pelapukan, tipe
tanah, dan komposisi kimia dasar perairan. Salinitas merupakan indikator utama
untuk mengetahui penyebaran massa air lautan sehingga penyebaran nilai-nilai
salinitas secara langsung menunjukkan penyebaran dan peredaran massa air dari
satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran salinitas secara alamiah dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain curah hujan, pengaliran air tawar ke laut
secara langsung maupun lewat sungai dan gletser, penguapan, arus laut,
turbulensi percampuran, dan aksi gelombang.
Daya hantar listrik atau konduktivitas perairan
dapat diukur dengan konduktivitimer. Konduktivitas
air bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya dan mobilitas ion-ion
tersebut. Satuannya adalah (μmho/cm, 250C). Konduktivitas bertambah dengan
jumlah yang sama dengan bertambahnya salinitas. Secara umum, faktor yang lebih
dominan dalam perubahan konduktivitas air adalah temperatur.
2.
Sungai
Sungai adalah suatu
badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta
mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai
dengan ketinggian dan garis lintang.
Komunitas
yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras
tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan
terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat
dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.
Komposisi
komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak
sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan
gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus
sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
Organisme
sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner.
Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.
Beberapa
jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas
dari pusaran air
C.
Faktor
- Faktor Yang Mempengaruhi Ekosistem Air Tawar
Faktor - faktor yang mempengaruhi
ekosistem air tawar adalah :
1.
Temperatur
Air mempunyai kemampuan untuk menahan panas dengan baik,
sehingga perubahan temperatur yang terjadi lambat. Perubahan temperatur yang
cepat menyebabkan pola sirkulasi air berubah dan berpengaruh terhadap kehidupan
organisme akuatik.
2.
Kekeruhan
Penetrasi cahaya sering dihambat
oleh zat yang larut di dalam air sehingga membatasi zona fotosintesis pada
kedalaman air. Bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, hal ini merupakan
indikasi produktifitas. Tetapi bisa juga kekeruhan disebabkan oleh lumpur yang
tersuspensi dan terkoloid yang dapat menjadi faktor pembatas bagi organisme
akuatik.
3.
Arus
Dengan adanya aliran air penting sekali
dalam menentukan gas, garam, dan organisme kecil dalam proses kehidupan di
perairan.
4.
Konsentrasi Oksigen
Konsentrasi oksigen yang terlarut
merupakan kebutuhan biologis setiap organisme dan dapat digunakan sebagai
indikasi produktifitas. Semakin rendah 02 yang terlarut, diindikasikan semakin
buruk kualitas air tersebut.
5.
Konsentrasi garam biogenik
Adanya garam biogenik dalam air
dapat mempengaruhi jumlah dan distribusi jenis, karena setiap jenis organisme
memiliki kemampuan menahan tekanan osmose yang berbeda-beda. Semakin tinggi
konsentrasi garam, maka hewan-hewan akan memiliki membran sel yang relatif
tidak permeable.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ekosistem
rawa memiliki ciri-ciri antara lain suhu rendah, kadar garam rendah, penetrasi cahaya
yang kurang, dipengaruhi iklim dan cuaca di sekitar, dan memiliki tumbuhan
seperti jamur, gulma, alga yang berfungsi sebagai produsen, serta memiliki ikan
air tawar yang dapat dijadikan sebagai sumber pangan protein hewani. Rawa
pening dan lebak tergolong ekosistem air tenang (letik) dan sumber airnya
berasal dari air hujan dan air sungai.
Komponen
pembentuk ekosistem rawa terdiri dari abiotik dan biotik. Komponen abiotik dapat berupa suhu, air, garam, cahaya
matahari, tanah dan batu, serta iklim. Komponen biotik seperti gulma, eceng
gondok, mikroorganisme pengurai, udang dan ikan nila. Setiap komponen tersebut
membentuk suatu rantai makanan.
Rawa penting sebagai kawasan penyangga untuk menampung
air dalam jumlah besar yang berasal dari curahan hujan lebat dan sebagai
regulator aliran air tetapi daya tampung rawa jauh lebih besar. Fungsi
regulator untuk kontuinitas aliran air, sehingga sangat penting bagi makhluk
hidup termasuk manusia yang berdiam di hilir rawa. Peningkatan jumlah gulma
menyebabkan penurunan jumlah ikan air tawar. Akan tetapi, Gulma air secara
ekologis berperan mengurangi bahan pencemar.
B. Saran
Jumlah eceng gondok yang meningkat di ekosistem rawa
dapat mengganggu keseimbangan ekosistem sehingga perlu adanya penanganan
seperti konservasi rawa atau memberi kontrol biologis seperti memberi ikan
grass capr yang memakan eceng gondok.
DAFTAR PUSTAKA
http://mutia-analiz40.blogspot.com/2012/08/laporan-faktor-abiotik.html
http://warnet178meulaboh.blogspot.com/2013/04/makalah-ekosistem-rawa.html
BAB
I
PENDAHULUAN
edaphis ekosistem rawa air tawar
A.
LATARBELAKANG
Ekosistem air tawar
merupakan kosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya
mineral dengan pH sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu tetap.
Ekosistem rawa air tawar ini ditumbuhi oleh beragam jenisvegetasi. Hal ini
desebabkan oleh terdapatnya beragam jenis tanah pada berbagaiekosistem rawa air
tawar.Di beberapa daerah pada rawa-rawa tersebut ditumbuhi rumput, ada pula
yang hanya ditumbuhi jenis pandan atau palem yang menonjol. Malah ada pula yang menyerupai hutan-hutan dataran rendah, dengan
akar tunjang atau akar napas maupun seperti penupang pohon.
Macam-macam Ekosistem
·
Ekosistem darat
·
Ekosistem perairan.
·
Ekosistem air tawar
·
Ekosistem air laut.
Ekosistem merupakan
hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati yang membentuk
sistem ekolog. Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki
penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem.
Rawa merupakan sebutan untuk semua
daerah yang tergenang air,yang penggenangannya dapat bersifat musiman atau pun
permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Genangan air dapat berasal
dari hujan atau luapan air sungai pada saat pasang. (Adawiyah, 2010). Pada
musim hujan lahan tergenang sampai satu meter, tetapi pada musim kemarau menjadi
kering, bahkan sebagian muka air tanah turun mencapai jeluk (depth) >
50 cm dari permukaan tanah. (Noor, 2004). Ekosistem rawa dibagi menjadi tiga
yaitu : tawar, asin, dan payau. Rawa air tawar merupakan ekosistem dengan
habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar
6. Kondisi air tidak selalu tetap, adakalanya naik atau adakalanya turun,
bahkan suatu ketika dapat pula mengering (Irwan, 2007).
B.
Tujuan
·
Untuk mengetahui klasifikasi atau
pembagian ekosistem rawa air tawar
·
Untuk mengetahui faktor edhapis pada ekosistem rawa air tawar
·
Untuk mengetahui ciri-ciri
ekosistem rawa air tawar
C.
Rumusan
Masalah
1.
Berapakah pH yang cocok
untuk hewan akuatik rawa air tawar?
2.
Hewan dan tumbuhan apa
sajakah yang terlibat dalam rantai makanan pada rawa air tawar?
3.
Hewan dan tumbuhan apa
sajakah yang terlibat dalam jarring-jaring
makanan pada rawa air tawar?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. pengertian edaphis
edaphis adalah hutan yang terbentuk karena pengaruh tanah. tanah merupakn suatu benda alam yang tersusun dari padatan, cairan dan gas. tanah sangat vital pernannya bagi semua kehidupan dibumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
Adapun fungsi tanah yaitu:
1. tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran yaitu sebagai penyokong dan sebagai penyerap zat-zat unsur hara.
2. menyediakan kebutuhan primer dalam melaksanakan aktivitas metabolisme
3. menyediakan kebutuhan sekunder dalam menunjang aktivitas yang berlangsung secara optimum seperti hormon, antibiotik, dan enzim
4. habitat biota tanah
1. Ekosistem Rawa Air Tawar
Ekosistem air tawar merupakan
kosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya mineral
dengan pH sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu tetap. Ekosistem
rawa air tawar ini ditumbuhi oleh beragam jenisvegetasi. Hal ini desebabkan
oleh terdapatnya beragam jenis tanah pada berbagaiekosistem rawa air tawar.Di
beberapa daerah pada rawa-rawa tersebut ditumbuhi rumput, ada pula yang hanya
ditumbuhi jenis pandan atau palem yang menonjol. Malah ada pula yang menyerupai hutan-hutan dataran rendah, dengan
akar tunjang atau akar napas maupun seperti penupang pohon.
2. Ciri-Ciri
Ekosistem Rawa Air Tawar.
Ekosistem
air tawar memiliki beberapa karakteristik, seperti variasi suhu yang
perubahannya tidak menyolok, tumbuhan yang dominannya alga, dan keadaan lingkungannya
dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Karateristik ekosistem air tawar lainnya
seperti tumbuhan rendah bersel satu mempunyai dinding sel yang kuat, sedang
tumbuhan tingkat tinggi mempunyai akar sulur untuk melekat pada bagian dasar
perairan, misalkan teratai, kangkung, ganggang biru dan ganggang hijau.
Sedangkan, karakteristik hewannya memiliki ciri-ciri mengeluarkan air berlebih,
garam diabsorpsi (diserap) melalui insang secara aktif dan sedikit minum, air
masuk dalam tubuh secara osmosis. Ekosistem air tawar dibagi menjadi dua, yaitu
lotik dan lentik. Ekosistem air tawar lotik merupakan perairan berarus,
contohnya adalah sungai. Adapun ekosistem air tawar lentik memiliki ciri airnya
tidak berarus. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme air tawar dibedakan
sebagai berikut :
1.
Plankton, terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang
(bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
2.
Nekton, hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
3.
Neuston, organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat
pada permukaan air, misalnya serangga air.
4.
Perifiton, merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan atau benda
lain, misalnya siput.
5.
Bentos, hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos
dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
Ekosistem
air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Ekosistem air tenang
meliputi danau dan rawa, sedangkan ekosistem air mengalir adalah sungai.
a.
Danau
Daerah yang
dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah
fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di
danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin.
Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar.
Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan
jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah
sebagai berikut.
b.
Sungai
Sungai
adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih
serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara
konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan
ketinggian dan garis lintang.Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan
danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas
plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi
fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat
mendukung rantai makanan. Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai,
anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai makhluk air tawar. Di
hilir sering dijumpai ikan gurami. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai
kurakura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan
lumba-lumba. Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena
mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat
melekat pada batu.
c. Rawa
Rawa merupakan sebutan untuk semua
daerah yang tergenang air,yang penggenangannya dapat bersifat musiman atau pun
permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Genangan air dapat berasal
dari hujan atau luapan air sungai pada saat pasang. (Adawiyah, 2010). Pada
musim hujan lahan tergenang sampai satu meter, tetapi pada musim kemarau
menjadi kering, bahkan sebagian muka air tanah turun mencapai jeluk (depth)
> 50 cm dari permukaan tanah. (Noor, 2004). Ekosistem rawa dibagi menjadi
tiga yaitu : tawar, asin, dan payau. Rawa air tawar merupakan ekosistem dengan
habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar
6. Kondisi air tidak selalu tetap, adakalanya naik atau adakalanya turun,
bahkan suatu ketika dapat pula mengering (Irwan, 2007).
Lahan basah disebut juga wed land,
adalah satu daerah yang digenangi oleh air sehingga kondisinya menyokong
untuk kehidupan berbagai jenis organism akuatik. Lahan basah bisa dibedakan
menjadi rawa (marsh), rawa lumpur (swamp), dan tanah gambut (bog).
Rawa memiliki cirri yaitu tidak
terdapat banyak pohon, airnya mengalir dengan kecepatan sedang, dan terhubung
dengan danau atau aliran sungai. Rawa lumpur memiliki cirri, yaitu airnya
hamper tidak mengalir sama sekali, pH air asam, dan miskin oksigen dan
nitrogen. Rawa dan payau merupakan bentuk peralihan antara air terbuka dan
dataran. Rawa biasanya dikelilingi vegetasi, umunya dangkal dan tanaman
mengapung. Vegetasi rawa terdiri dari tumbuh-tumbuhan menahun yang selalu hijau
yang diselingiu oleh tamnaman merambat. Variasi atau keanekargaman hewan sangat
kecil. Terdapat protozoa, rotifer, nematode, larva capung, Amphisoda, Isopoda,
ikan, dan kura-kura. Pada lapisan dasar terdapat insekta, keong, dan ikan-ikan.
Dalam keadaan yang tidak menyenangkan penghuni rawa membentuk kista. Sebagai
contoh ikan (lepidosiner dan ceratodus) mem bungkus diri dengan lumpur selama
beberapa bulan.
3. FAKTOR –
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
- Suhu
Air
mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara bersama-sama
mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal, sehingga perbedaan suhu dalam
air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat daripada di udara.
Sifat yang terpenting adalah
o
Panas jenis yang tinggi
o
Panas fusi yang tinggi
o
Panas evaporasi yang tinggi
o
Kerapatan air tertinggi terjadi pada
suhu 4C
2. Kejernihan
Penetrasi
cahaya sering kali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona
fotosÃntesis dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan,
terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat menngendap, sering
kali penting dianggap sebagai faktor pembatas. Sebaliknya bila kekeruhan
disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktifitas.
3.
Arus
Air cukup
padat, maka arah arus amat penting sebagai faktor pembatasan, terutama pada
aliran air. Arus juga amat menentukan distribusi gas yang vital, garam, dan
organisme kecil.
- Konsentrasi Gas Pernafasan
Berbeda
dengan lingkungan laut, konsentrasi oksigen dan karbón dioksida sering kali terbatas
pada air tawar
4.
ADAPTASI HEWAN DAN TUMBUHAN
Macam tumbuhan yang terbanyak adalah
jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan
terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah
beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah
sebagai berikut :
o
Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
o
Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
D. Klasifikasi Ekologis
Organisme Air Tawar
Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan
habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi
dan kebiasaan hidup.
1. Berdasarkan aliran energi
Organisme dibagi menjadi 3 yaitu :
- Autotroph (produsen), tanaman hijau dan mikroorganisme kemosintetik.
- Phagotroph (konsumen makro), herbivora, predator, parasit.
- Saprotroph (konsumen mikro atau pengurai), diklasifikasikan sesuai dengan bahan organik yang diuraikan .
2. Berdasarkan kebiasaan hidup
Organisme
dibedakan sebagai berikut yaitu:
a.Plankton
Terdiri alas fitoplankton dan zooplankton, organisme mengapung yang arah pergerakannya kira-kira tergantung arus. Walaupun beberapa zooplankton menunjukkan gerakan berenang yang aktif yang membantu mempertahankan posisi vertical, plankton secara keseluruhan tidak dapat bergerak melawan arus.
b.Nekton
Organisme yang dapat berenang dan bergerak dengan kemauan sendiri, misalnya ikan, amfibi, serangga air besar.
c.Neuston
Organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau
bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton
a.Plankton
Terdiri alas fitoplankton dan zooplankton, organisme mengapung yang arah pergerakannya kira-kira tergantung arus. Walaupun beberapa zooplankton menunjukkan gerakan berenang yang aktif yang membantu mempertahankan posisi vertical, plankton secara keseluruhan tidak dapat bergerak melawan arus.
b.Nekton
Organisme yang dapat berenang dan bergerak dengan kemauan sendiri, misalnya ikan, amfibi, serangga air besar.
c.Neuston
Organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau
bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton
Merupakan
tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung
pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e. Bentos
Hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas,
misalnya cacing dan remis.
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas,
misalnya cacing dan remis.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa,
Ekosistem merupakan
hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati yang membentuk
sistem ekolog. Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki
penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem.
Rawa merupakan sebutan untuk semua
daerah yang tergenang air,yang penggenangannya dapat bersifat musiman atau pun
permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Genangan air dapat berasal
dari hujan atau luapan air sungai pada saat pasang. (Adawiyah, 2010). Pada
musim hujan lahan tergenang sampai satu meter, tetapi pada musim kemarau menjadi
kering, bahkan sebagian muka air tanah turun mencapai jeluk (depth) >
50 cm dari permukaan tanah. (Noor, 2004). Ekosistem rawa dibagi menjadi tiga
yaitu : tawar, asin, dan payau. Rawa air tawar merupakan ekosistem dengan
habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar
6. Kondisi air tidak selalu tetap, adakalanya naik atau adakalanya turun,
bahkan suatu ketika dapat pula mengering (Irwan, 2007).
Ekosistem
rawa memiliki ciri-ciri antara lain suhu rendah, kadar garam rendah, penetrasi
cahaya yang kurang, dipengaruhi iklim dan cuaca di sekitar, dan memiliki
tumbuhan seperti jamur, gulma, alga yang berfungsi sebagai produsen, serta
memiliki ikan air tawar yang dapat dijadikan sebagai sumber pangan protein
hewani. Rawa pening dan lebak tergolong ekosistem air tenang (letik) dan sumber
airnya berasal dari air hujan dan air sungai. Rawa penting sebagai kawasan penyangga untuk menampung
air dalam jumlah besar yang berasal dari curahan hujan lebat dan sebagai
regulator aliran air tetapi daya tampung rawa jauh lebih besar. Fungsi
regulator untuk kontuinitas aliran air, sehingga sangat penting bagi makhluk
hidup termasuk manusia yang berdiam di hilir rawa. Peningkatan jumlah gulma
menyebabkan penurunan jumlah ikan air tawar. Akan tetapi, Gulma air secara
ekologis berperan mengurangi bahan pencemar.
B. SARAN
Sebaiknya kita sebagai makhluk yang mencintai bumi,
sepatutnya turut menjaga serta melestarikan kekayaan bumi. Terutama ekosistem
air tawar, mengingat dalam ekosistem air tawar memiliki tingkat keanekaragaman
yang cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Materi yang
menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa
unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan
materi dasar makhluk hidup dan tak hidup. Ada 40 unsur yang
diperlukan bagi kehidupan,diantaranya yang terpenting adalah karbon (C),
nitrogen (N), fosfor (P), belerang(S), oksigen (O), kalium (Ca), magnesium
(Mg), kalium (K), natrium (Na), silicon(Si), besi Fe), dan aluminium (Al).
selain itu sebagian unsure unsur ini tersimpandalam bentuk
organic dalam tubuh makhluk hidup yang masih hidup atau yang sudah
mati.
Unsur-unsur
tersebut terus-menerus diambil oleh makhluk hidup dari lingkungan, tapi tidak
akan habis, karena setelah dimanfaatkan dalam tubuh, unsur-unsur itu akan
dikembalikan lagi ke lingkunganmelalui proses pernafasan, fotosintesis
pembusukan dan ekskresi. Semua unsur kimia (senyawa anorganik)
ini mengadakan sirkulasi dari alam ke organisasi dan kembali lagi ke
alam, selanjutnya masuk ke organisme lagi, demikian seterusnya sehingga
membentuk suatu daur/siklus yang berulang. Proses ini disebut Daur ataupun
siklus Biogeokimia.
Daur
biogeokimia juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik.
Karena itu, daur ini disebut juga daur organik dan daur biotik-abiotik.
Daurbiokimia sangat diperlukan untuk kelestarian makhluk hidup dan ekosistem,
jika daur materi ini terganggu, makhluk hidup akan mati dan ekosistem akan
punah.
Siklus-siklus
tersebut antara lain: siklus air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus
nitrogen, dan siklus fosfor.Untuk kelangsungan hidupnya, makhluk hidup
memerlukan zat-zat seperti air,oksigen, karbohidrat, nitrogen dan sebagainya.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui siklus fosfor ,nitrogen
, karbon, hidrologi (air)yang terjadi di rawa air tawar.
b. Untuk memberikan informasi yang
berkaitan dengan siklus fosfor dan siklus nitrogen,siklus karbon dan siklus hidrologi
(air)
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Siklus Fosfor Rawa Air Tawar
Fosfor memainkan peran utama di
dalam metabolisme biologis. Dibandingkan dengan mikro nutrien lain yang
dibutuhkan oleh biota fosfor memiliki kemelimpahan minimum dan umunya merupakan
unsur pertama pembatas produktivitas biologis. Banyak data kuantitatif
yang berasal dari penyebaran fosfor musiman dan ruang di sungai-sungai dan
danau, serta laju muatan terhadap periaran penerima dari drainase cekungan.
Orthofosfat (PO43-)
merupakan bentuk fosfat anorganik terlarut yanga secara langsung dapat
digunakan. Fosfat reaktif secara ekstrim dan berinteraksi dengan berbagai
kation seperti Cad an Fe yang terbentuk pada saat kondisi tersedianya (oxic),
yakni suatu senyawa yang secara relative tidak terlarut dan akan mengendap lalu
keluar dari badan air. Ketersediaan fosfat juga menurun adsorpsi menjadi
senyawa anorganik koloid dan partikulat seperti liat, karbonat, dan hidroksid.
Fosfor dengan proporsi yang cukup
besar di perairan tawar, terikat dalam fosfat organic dan sel-sel penyusun
organisme hidup ataupun mati, serta di dalam atau diabsorbsi menjadi koloid.
Kisaran fosfor total di perairan
tawar cukup besar dari <5 ug I-1 pada perairan yang sangat tidak
produktif sampai > 100 ug I-1 di perairan yang sangat
eutrofik. Sebagian besar perairan tawar yang tidak terkontaminasi mengandung
fosfor 10-50 ug total P I-1.
Konsentrasi fosfor terlarut
dan total danau oligotrofik menunjukan variasi yang kecil dengan meningkatnya
kedalaman, sedangkan di danau eutrofik yang dengan profil oksigen elinograde
yang kuat, pada umumnya menunjukan suatu peningkatan yang sangat jelas
kandungan fosfor di hipolimnion bagian bawah. Bentuk fosfor yang meningkat di
hipolimnion, sebagian besar dalam bentuk terlarut pada bagian yang dekat
antarmuka air sedimen.
Pertukaran fosfor melintasi antar
muka air sedimen diatur oleh interaksi reduksi-oksidasi (redoks) yang
tergantung pada pasokan oksigen, kelarutan mineral, mekanisme sorptif,
aktivitas metabolisme bakteri dan fungi, serta turbulensi dari aktivitas biotik
dan fisik. Secara keseluruhan, tapi pada beberapa millimeter di atas sedimen,
pertukaran cukup lambat dan dikendalikan oelh laju difusi yang rendah pula.
Jika air di atas sedimen dioksidasi sekitar >1 O2 I-1
suatu wilayah mikro yang teroksidasi terbentuk di bawah antarmuka air
sedimen (0-5 mm) di bawah sedimen biasanya menjadi tereduksi secara ekstrim.
Oksidasi wilayah mikro secara efektif mencegah fosfor yang terlarut di bawah
kondisi tereduksi di dalam sedimen dari migrasi melalui difusi ke arah
permukaan ke dalam kolom air. Dengan menjadi anoksinya hipolimnion di danau
eutrofik, wilayah mikro yang teroksidasi hilang sehingga terjadi pelepasan yang
cepat pada besi fero dan fosfat ke dalam air saat kondisi reduksi mencapai
suatu potensial redoks sekitar 200 mv.
Fosfor terlarut dapat terakumulasi
dalam jumlah yang cukup besar di hipolimnion anaerob. Dengan adanya sirkulasi
musim gugur, besi fero dengan segera dioksidasi dan mengendapkan banyak fosfat
sebagai feeri fosfat. Metebolisme bakteri dari bahan organic merupakan
mekanisme utama konversi fosfor organic menjadi fosfat di dalam sedimen, serta
menciptakan kondisi tereduksi yang diperlukan untuk pelepasan fosfat ke dalam
air. Pergerakan fosfor dari air di celah-celah sedimen dapat dipercepat oleh
turbulensi fisik oleh biota.
Tumbuhan air berakar mendapatkan
fosfornya dari sedimen dan dapat melepaskannya dalam jumlah yang cukup besar ke
dalam air, baik selama pertumbuhan aktif maupun selama proses menua dan mati.
Kepadatan populasi invertebrate penghuni sedimen yang tinggi seperti larva
midge (serangga air) dapat meningkatkan pertukaran fosfos melintasi antarmuka
air sedimen.
Studi siklus fosfor yang terbaru di
wilayah trofogenik menunjukan bahwa pertukaran fosfor di antara berbagai
bentuknya seringkali cepat dan meliput sejumlah lintasan yang kompleks.
Sebagian besar sering di atas 95 %, fosfor terikat di dalam fase partikel dari
biota hidup terutama alga. Fosfor organic dari seston perairan terbuka minimal
terdiri dari dua fraksi utama yakni fosfor organic terlarut dan koloid.
Sedimentasi partikel mengakibatkan
kehilangan fosfor secara konstan dari wilayah trofogenik. Dengan demikian,
harus ada pasokan fosfor baru yang memasuki ekosistem dalam tahap untuk
mempertahankan atau meningkatkan produktivitas.
Fosfor memasuki perairan tawar
melalui presipitasi atmosfer dari limpasan permukaan dan dari air tanah.
Laju muatan fosfor bervariasi luas dengan pola tata guna lahan, geologi, dan
morfologi drainase cekungan, aktivitas manusia, pencemaran, dan faktor-faktor
lainnya.
Siklus fosfor
lebih sederhana dibandingkan dengan siklus karbon atau siklus nitrogen. Siklus
fosfor tidak meliputi pergerakan melalui atmosfer, karena tidak ada gas yang
mengandung fosfor secara signifikan. Selain itu, fosfor hanya ditemukan dalam
satu bentuk fosfat (P043-) anorganik
(pada air dan tanah) dan yang diserap oleh tumbuhan dan digunakan untuk
sintesis organik. Pelapukan bebatuan secara perlahan-lahan menambah fosfat ke
dalam tanah .
Setelah
produsen menggabungkan fosfor ke dalam molekul biologis, fosfor dipindahkan ke
konsumen dalam bentuk organic. Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan
yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat
anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah akan terkikis
dan mengendap di sedimen. Oleh karena
itu, fosfat banyak terdapat di batu dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil
terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah. Fosfat anorganik
ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus
menerus. Dengan demikian, sebagian besar fosfat bersiklus ulang secara lokal di
antara tanah, tumbuhan, dan konsumen atas dasar skala waktu ekologis .
2.2 Siklus
Nitrogen Rawa Air Tawar
Unsur nitrogen
bersifat “inert”, artinya tidak mudah digunakan begitu saja secara langsung
oleh kebanyakan hewan maupun tumbuhan. Sehingga nitrogen mempunyai aktivitas
biologis yang sangat kecil. Gas ini memasuki semua tubuh organisme, tetapi
umumnya keluar lagi tanpa berperan penting dalam proses hidup organisme
tersebut. Nitrogen baru dapat dipergunakan sebagai penyusun elemen-elemen tubuh
organisme apabila sudah dalam keadaan terikat .
Udara merupakan
cadangan nitrogen utama dalam siklus nitrogen. Dalam udara kadarnya sekitar 78
% dan sumber lainnya berada di kulit bumi dan perairan. Nitrogen bukan hanya
dihasilkan dari atmosfir saja, namun juga dihasilkan dari kegiatan
gunung merapi. Pada tumbuhan dan hewan, senyawa nitrogen ditemukan sebagai
penyusun protein dan klorofil. Dalam ekosistem terdapat suatu daur antara
organisme dan lingkungan fisiknya .
Bentuk dan
Sumber :
Nitrogen
organik berasal dari jaringan organisme yang sudah mati, kotoran zat sisa, dan
sisa pakan yang ditransformasi menjadi ammonia melalui proses dekomposisi/
mineralisasi oleh bakteri pengurai proteolitik. Nitrogen memiliki beberapa
bentuk yaitu ammonia (NH3), nitrit (NO2-), nitrat(NO3-), amina(NH2), amonium(NH4+), dan nitrogen
diatomik (N2). Sumber utama
nitrogen (N2) adalah udara,
sedangkan organisme hidup memperoleh nitrogen dalam bentuk garam nitrat
kemudian diasimilasikan pada sitoplasma dalam bentuk protein sebagai cadangan
pangan. Di alam ini terdapat tiga gudang nitrogen yaitu udara, senyawa
anorganik (misalnya nitrat, nitrit, dan amoniak), dan senyawa anorganik adalah
gas N2 di udara.
Jenis-jenis
N-anorganik yang utama dalam air adalah ion nitrat (N03-) dan ion amonimum
(NH4+). Hujan sangat sedikit sebagai sumber N03- dan NH4+. Namun dalam kondisi
tertentu masih terdapat ion nitrit dan sebagian besar dari nitrogen terikat
dalam nitrogen organic (47,9%), yaitu bahan-bahan yang berprotein, juga
terdapat dalam bahan pencemar seperti asam sianida (HCN), asam etilen diamin
tetra asetat (EDTA) atau dalam bentuk asam nitrilotriasetat (NTA).
Transfer dan
Fiksasi Nitrogen :
Daur Nitrogen
melibatkan semua bagian biosfer. Daur Nitrogen merupakan suatu siklus yang
sempurna, namun kompleks. Dalam memproduksi nutrient bagi organisme perairan,
maka diperlukan transfer senyawa nitrogen. Nitrogen memasuki ekosistem dengan
dua jalur alamiah, yang keutamaan relatifnya sangat bervariasi dari satu
ekosistem ke ekosistem lain. Yang pertama, deposit pada atmosfer,
merupakan sekitar 5% sampai 10% dari nitrogen yang dapat digunakan, yang ,
memasuki sebagian besar ekosistem. Dalam proses ini, NH4+ dan NO3-, ditambahkan
melalui kelarutannya dalam air hujan atau pengendapan debu-debu halus atau
butiran-butiran lainnya.
Jalur lain
masuknya nitrogen ke ekosistem adalah melalui fiksasi
nitrogen (nitrogen fixation). Molekul nitrogen, N2, sangat
lembam. Untuk memecahkan molekul itu agar atom-atomnya dapat bergabung dengan
atom-atom lain diperlukan pemasukan sejumlah besar energy. Proses berperan
penting dalam fiksasi (pengikatan) nitrogen dalam biosfer, Salah satu di
antaranya ialah halilintar. Energi yang sangat besar dari halilintar memecahkan
molekul-molekul nitrogen dan memungkinkan bergabung dengan oksigen dan hidrogen
dalam udara. Nitrogen oksida terbentuk yang larut dalam hujan membentuk kilat.
Dalam bentuk ini senyawa ini terbawa ke bumi. Fiksasi nitrogen ini diperkirakan
sekitar 5-8% dari keseluruhannya.
Keperluan
pertanian yang semakin meningkat telah menyebabkan produk nitrogen terfiksasi
secara industry makin meningkat pula. Sehingga supplyindustry yang
merupakan ketergantungan dari sector pertanian ini menjadi pemicu ketergangguan
daur alam. Kegiatan manusia telah meningkatkan aliran nitrogen global. Hal ini
dapat terlihat pada danau dan sungai karena pupuk nitrogen merembes dari tanah
pertanian sekitarnya dan menyuburkan algae.
Hanya
prokariota tertentu yang dapat memfiksasi nitrogen, yakni mengubah N2 menjadi
mineral yang dapat digunakan untuk mensitesis senyawa organik bernitrogen
seperti asam amino. Prokariota merupakan mata rantai yang penting pada beberapa
titik dalam siklus nitrogen. Beberapa sinobakteri memfiksasi nitrogen dalam
ekosistem akuatik. Organisme yang memfiksasi nitrogen tentunya sedang memenuhi
kebutuhan metaboliknya sendiri. Tetapi kelebihan ammonia yang dibebaskan oleh
organisme tersebut menjadi tersedia bagi organisme lain.
Pengikatan nitrogen
secara biologi dapat dilakukan oleh bakteri nonsimbiotik, bakteri simbiotik,
dan ganggang hijau biru. Nitrat (NO3) yang terdapat di tanah dan air pada
umumnya terjadi karena pengikatan nitrogen secara bilogi. Bakteri non simbiotik
(bakteri bebas) yang berperan dalam pengikatan nitrogen
diantaranya, Azotobacter chroococcum, A. Beijerinckii, A. Vinelandii,
Derxia spp.,dan Aerobacter aerogenes. Sedangkan ganggang biru- hijau yang
berperan dalam pengikatan nitrogen secara biologi adalah Nostoc dan Anabaena
.
Bakteri
simbiotik yang berperan dalam pengikatan secara biologi adalah
genus Rhizobium diantaranya Rhizobium trifolii, Rhizobium
meliloti, Rhizobium leguminosarum, Rhizobium lupine dan Rhizobium
speciosa. Bakteri pengikat nitrogen tersebut hidup bersimbiosis dengan akar
tumbuhan polong- polongan membentuk bintil akar.
Mikroorganisme
tertentu lainnya dapat mengikat nitrogen atmosfer. Sebenarnya kemampuan
mengikat nitrogen ternyata merupakan kemampuan prokariota semata-mata. Beberapa
aktinomisites hidup bergabung dengan tumbuhan selain legum. Beberapa organisme
foto-ototrof dapat mengikat nitrogen, tetapi organisme ini terbatas pada
lingkungan bentik anaerobik.
Meskipun sudah
banyak penelitian dilakukan, masih belum jelas bagaimana pengikat nitrogen
mampu mengatasi penghalang energy tinggi yang terlibat dalam proses itu.
Pengikat-pengikat itu memerlukan suatu enzim, yang dinamakan nitrogenase, dan
pemakaian ATP yang sangat besar. Walaupun produk pertama yang stabil tersebut
adalah ammonia, zat ini dengan cepat bergabung dengan protein dan senyawa
organic lain yang mengandung nitrogen. Fiksasi nitrogen menuju kepada
penggabungan nitrogen dengan protein tumbuhan dan protein mikroba. Tumbuhan
yang tidak mempunyai keuntungan dari gabungan pengikatan nitrogen membuat
proteinnya dari tanah.
Pembusukan :
Protein yang
dibuat oleh tumbuhan masuk melalui jarring-jaring makanan. Pada setiap
tingkatan trofik terdapat kehilangan yang kembali ke sekitarnya, terutama dalam
ekskresi. Yang terakhir mengambil keuntungan dari senyawa nitrogen organic
ialah mikroorganisme pembusuk. Melalui kegiatan molekul-molekul yang mengandung
nitrogen organic dalam ekskresi dan bangkai itu dirombak menjadi ammonia.
Nitrifikasi :
Nitrat (N03-)
yang telah diadsorbsi oleh akar tanaman, selanjutnya nitrogen akan disintesis
menjadi protein tanaman, kemudian herbivora yang makan tumbuhan akan mengubah
tumbuhan tersebut menjadi protein hewani. Tumbuhan dan hewan yang telah mati
akan terdekomposisi, sehingga protein nabati dan protein hewani diuraikan
menjadi ammonia dan asam amino. Demikian pula kotoran-kotoran organism tersebut
akan diuraikan menjadi ammonia dan asam amino.
Penguraian
protein pada bahan organic yang terdekomposisi menjadi asam amino dan ammonia
ini disebut amonifikasi. Reaksi ini menyebabkan paling tidak sebagian
besar tanah menjadi sedikit bersifat asam, dan NH3 yang dibebaskan
ke dalam tanah akan menangkap sebuah ion hydrogen (H+) untuk
membentuk ammonium, NH4+ , yang dapat digunakan langsung oleh
tumbuhan. NH3 adalah gas
sehingga dapat menguap kembali ke atmosfer dari tanah yang mempunyai pH
mendekati 7 . NH3 yang hilang
dari tanah ini kemudian dapat membentuk NH4+ di atmosfer. Sebagai akibatnya,
konsentrasi NH4+ dalam curah
hujan berkorelasi dengan pH tanah dalam kisaran wilayah yang luas.
Amonia di
perairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen
anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal
dari dekomposisi bahan organik oleh mikroba dan jamur. Amonia dan
garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air.
Sumber amonia
adalah reduksi gas nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer,
limbah industri dan domestik. Amonia yang terdapat dalam mineral masuk ke badan
air melalui erosi tanah. Amonia membentuk senyawa kompleks dengan beberapa ion
logam. Amonia juga dapat terserap kedalam bahan-bahan tersuspensi dan koloid
sehingga mengendap di dasar perairan. Amonia di perairan dapat
menghilang melalui proses volatilisasi karena tekanan parsial amonia
dalam larutan meningkat dengan semakin meningkatnya pH .
Ikan tidak bisa
bertoleransi terhadap kadar amonia bebas yang terlalu tinggi karena dapat
mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya dapat
meningkatkan sifokasi. Pada budidaya intensif, yang padat penebaran tinggi dan
pemberian pakan sangat intensif, penimbunan limbah kotoran terjadi sangat cepat.
Amonia (NH3) dapat secara
langsung diambil oleh tumbuhan melalui akar dan melalui daun-daunnya. Namun
demikian sebagian besar ammonium dalam tanah digunakan oleh bakteri anaerob
tertentu sebagai sumber energi, bakteri detrifor; aktivitas mengoksidasi
ammonium menjadi nitrit (N02-), dan kemudian menjadi nitrat (NO3-), suatu
proses yang disebut nitrifikasi, yakni suatu proses oksidasi ensimatik
yang dilakukan oleh sekelompok jasad renik/bakteri.
Bakteri
autotrofi (bakteri nitrifikasi) dapat menggunakan N-anorganik untuk
melakukan nitrifikasi, seperti genera bakteri Nitosomonos,
Nitrosococcus, Nitrosospira, Nitrosovibrio, dan Nitrosolobus. Jenis bakteri
nitrifikasi yang terdapat pada air tawar, misalnya Nitrosomonas,
Nitrobacter serta Nitrosococcus, Nitrococcus, Nitrospira
Nitrosolobus merupakan bakteri nitrifikasi laut.
Pada proses
tahap pertama reaksi berlangsung dari ammonium ke nitrit yang melibatkan
bakteri Nitrosomonos dan Nitrosococcus yang merupakandengan
persamaan reaksisebagai berikut:
NH4 + 3/2
O2 NO2
+ H2O + 2 H E = - 65 kcal
Di perairan,
nitrit ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit daripada
nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Sumber nitrit
dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit pada perairan
relatif karena segera dioksidasi menjadi nitrat .
Bakteri Nitrobacter dan Nitrococcus
sp yang melakukan oksidasi dari nitrat ke nitric dengan persamaan
reaksi sebagai berikut :
NO2 + ½ O2 NO3 + E = - 18
kcal.
Reaksi
nitrifikasi seperti di atas dapat berlangsung jika adanya oksigen. Proses
oksidasi dari NO2 ke nitrit
umumnya lebih cepat dari pada proses oksidasi dari NH4 ke nitrit, dan
nitrit ini terakumulasi di lingkungan.
Nitrat yang
telah diproduksi dapat diserap oleh tumbuhan untuk keperluan sintetis protein
melalui proses metabolisme. Kemudian tumbuhan menjadi makanan berbagai jenis
hewan. Tumbuhan dan hewan mengalami proses dekomposisi melalui kegiatan jasad
renik yang melepaskan hasil dekomposisi itu ke dalam lingkungannya, antara lain
ammonium.
Langkah dari
protein ke nitrat menghasilkan energy bagi organism pengurai. Langkah
sebaliknya dari nitrat ke protein memerlukan energy dari sumber lain, seperti
dari bahan organic atau cahaya matahari. Sebagian nitrat yang berasal dari
fiksasi dan dekomposisi itu dilarutkan air tanah dan dipindahkan atau diekspor
ke ekosistem lain, atau dapat pula “hilang” menjadi endapan.
Denitrifikasi :
Denitrifikasi
merupakan pengubahan nitrat menjadi gas nitrogen , dengan demikian mengisi
kembali atmosfer. Proses ini melibatkan peran beberapa bakteri antara lain
Bacillus cereus, Bacillus licheniformis, Pseudomonas denitrificants,
Thiobacillus denitrificants, Micrococcus, dan Achromabacter. Bakteri
ini hidup jauh di dalam tanah dan dalam sedimen air yang jumlah oksigennya
sangt terbatas. Bakteri tersebut menggunakan nitrat sebagai suatu alternative
terhadap oksigen untuk akseptor terakhir dalam respirasinya. Dengan demikian
bakteri tersebut menutup daur nitrogen. Aktivitas bakteri tersebut sama
cepatnya dengan efisiensi yang terus meningkat dalam memajukan fiksasi nitrogen
masih harus diselidiki.
2.3 Siklus
Karbon Rawa Air Tawar
Proses dalam siklus
karbon Secara umum, karbon akan
diambil dari udara oleh organisme fotoautotrof (tumbuhan,
ganggang, dll yang mampu melaksanakan fotosintesis). organisme tersebut,
sebut saja tumbuhan, akan memproses karbon menjadi bahan makanan yang
disebutkarbohidrat, dengan proses kimia sebagai berikut :
6 CO2 +
6 H2O (+Sinar Matahari yg diserap Klorofil) ↔ C6H12O6 +
6 O2
Karbondioksida
+ Air (+Sinar Matahari yg diserap Klorofil)↔ Glukosa + Oksigen.
Hasil sintesa
karbohidrat itu dimakan para makhluk hidup heterotrof sebagai makanan plus oksigen untuk
bernafas. Tidak peduli makhluk herbivora, carnivora, atau omnivora, sumber
pertama energi yang tersimpan dalam karbohidrat adalah
tumbuhan.Karbon di dalam sistem respirasi akan dilepas kembali dalam
bentuk CO2 yang nantinya dilepaskan saat pernafasan. Selain
pelepasan CO2 ke udara saat pernafasan,
para detrivor (pembusuk) juga melepaskan CO2 ke udara dalam
proses pembusukan. Manusia juga tidak kalah peran dalam proses ini. Hasil
segala pembakaran, mulai dari pembakaran sampah, pembakaran bahan bakar minyak
di dalam kendaraan bermotor, asap pabrik, dan lain-lain juga
melepaskan CO2 ke udara. CO2 di udara nantinya akan
ditangkap oleh tumbuhan lagi dan siklus mulai dari awal lagi.
Di
daratan, proses pengubahan CO2 menjadi karbohidrat dan melepaskan
oksigen dilakukan oleh tumbuhan darat, sebaliknya, di daerah perairan, peran
ini dimainkan oleh organisme-organisme fotoautotrof perairan seperti ganggang,
fitoplankton, dan lain-lain. begitupula dengan peran yang
melepaskan CO2 ke udara. Hal itu dilaksanakan oleh para detrovor dan
organisme heterotrof. Di daratan ada manusia, kambing, sapi, harimau, dll. di
lautan ada berbagai jenis ikan dan makhluk-makhluk perairan.
Proses
timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung jawab atas perubahan
dan pergerakan utama karbon. Naik turunnya CO2 dan O2 atsmosfer secara musiman
disebabkan oleh penurunan aktivitas Fotosintetik. Dalam skala global kembalinya
CO2 dan O2 ke atmosfer melalui respirasi hampir menyeimbangkan pengeluarannya
melalui fotosintesis.
Akan
tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih banyak lagi CO2
ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer meningkat. CO2 dan O2
atmosfer juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar sistem akuatik, dimana CO2
dan O2 terlibat dalam suatu keseimbangan dinamis dengan bentuk bahan anorganik
lainnya.
Gambar: Daur Karbon dan daur oksigen
Gambar : Siklus Karbon
Karbon diambil
dari atmosfer dengan berbagai cara, antara lain:
- Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa untuk mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat, dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat.
- Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan CO2 akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan yang lebih berat ke kedalaman laut atau interior laut (lihat bagian solubility pump).
- Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang tinggi, organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon, beberapa organisme juga membentuk cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah (lihat bagian biological pump).
- Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer. Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO2 atmosferik karena ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke laut dimana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang sebaliknya (reverse reaction).
Karbon dapat
kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, antara lain:
- Melalui pernafasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian glukosa (atau molekul organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan air.
- Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri mengurai senyawa karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida jika tersedia oksigen, atau menjadi metana jika tidak tersedia oksigen.
- Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon yang terkandung menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti asap). Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, produk dari industri perminyakan (petroleum), dan gas alam akan melepaskan karbon yang sudah tersimpan selama jutaan tahun di dalam geosfer. Hal inilah yang merupakan penyebab utama naiknya jumlah karbon dioksida di atmosfer.
- Produksi semen. Salah satu komponennya, yaitu kapur atau gamping atau kalsium oksida, dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur atau batu gamping yang akan menghasilkan juga karbon dioksida dalam jumlah yang banyak.
- Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida terlarut dilepas kembali ke atmosfer.
- Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan silikat; Kedua proses kimia ini yang saling berkebalikan ini akan memberikan hasil penjumlahan yang sama dengan nol dan tidak berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer dalam skala waktu yang kurang dari 100.000 tahun.
Permasalahan dalam siklus karbon
Karbon (C)
adalah elemen yang paling sering kita temui di dalam kehidupan kita
sehari-hari. Dalam tanaman dan hewan. Tumbuhan menyimpan Carbon d dalam sari
buahnya (dalam bentuk glukose) dan tanaman juga memanfaatkan carbon
(CO2-Carbondioksida) dari atmosfer untuk membantu proses fotosintesisnya.
Ketika tumbuhan mati, mereka membusuk dan bakteri pengurai akan menguraikannya
menjadi bagian dari tanah, yaitu kompos. Karbon yang di dalam tanah (kompos)
dalam jangka waktu berjuta-juta tahun kemudian, akan berubah menjadi fosil,
sebagai sumber minyak bumi. Sedangkan karbon yg berada di dalam air akan
dimanfaatkan tumbuhan air dalam proses fotosintesisnya. Ketika ada ikan yg
memakan tumbuhan ini, maka terjadi perpindahan karbon (zat makanan/glukose)
dari tumbuhan ke ikan. Sedangkan dalam proses pernafasannya, ikan akan
mengeluarkan carbon, dalam bentuk CO2 (karbondioksida).
Kelanjutan dari
fosil yg telah berubah menjadi sumber minyak bumi,carbon yg terkandung akan di
suling (diolah) menjadi berbagai macam jenis minyak bumi, sebagai sumber energi
utama di dunia ini. Metode inilah yg menjadi metode utama penghasil sumber
energi kita, untuk menggerakkan mobil,motor, untuk penggerak listrik dan sumber
energi bagi perindustrian. Dampak dari pembakaran minyak bumi, CO2 akan
dilepaskan ke udara. Pelepasan CO2 yg berlebih diakibatkan salah satunya oleh
deforestation (penghancuran hutan). Dengan tidak adanya hutan, maka CO2 tidak
dapat digunakan sebagai bahan fotosintesis,,akan tetapi akan menumpuk di
atmosfer kita. Penumpukan CO2 akan mengakibatkan efek rumah kaca dimana sinar
UV tidak dapat dipantulkan oleh bumi. Sinar UV yg terperangkan di atmosfer akan
menaikkan suhu bumi dan berakibat kepada Pemanasan Global.
Dengan adanya permasalahan
dalam siklus
karbon tersebut, agar tidak terjadi pemanasan global diperlukan adanya
penyerapan dari atmosfir melalui tumbuhan dalam jumlah yang besar. Karena
tumbuhan dalam proses fotosintesis memanfaatkan karbon. Oleh karena itu
pengembangan areal hijau, penghutanan kembali (reboisasi) dan pelestarian hutan
sangat diperlukan. Apakah hutan yang ada saat ini memiliki kemampuan penyerapan
karbon yang setara dengan pelepasan krabon ke atmosfir pada siklus karbon
seperti tersebut di atas? Benarkah tanaman perkebunan seperti sawit dapat
menjadi penyerap karbon yang setara dengan hutan yang terkorversi. Untuk daerah
perkotaan, perlu ada desain jalan dengan diikuti oleh penghijauan di sepanjang
jalan. Begitu juga untuk jalan antar kota penanaman pohon menjadi paket
pemeliharaan dan perlindungan jalan.
Di udara,
konsentrasi karbondioksida sangat kecil bila dibandingkan
dengan oksigen dan nitrogen (kurang dari 0,04 %). akan tetapi gas ini adalah
gas rumah kaca yang berperan dalam efek rumah kaca. Penambahan gas ini dapat
meningkatkan suhu udara di bumi. Sekarang ini, populasi tumbuhan semakin
berkurang (banyak hutan rusak dan lain-lain ) sedangkan kedaraan bermotor
bertambah banyak. Jadi kita bisa bayangkan bahwa pelepasan CO2 ke udara tidak
sebanding dengan pengubahannya oleh tumbuhan menjadi Karbohidrat. ini akan
mempengaruhi keseimbangan atmosfer dan keseimbangan ekosistem di bumi.
Neraca karbon global adalah
kesetimbangan pertukaran karbon (antara yang masuk dan keluar) antar reservoir
karbon atau antara satu putaran (loop) spesifik siklus karbon (misalnya
atmosfer - biosfer). Analisis neraca karbon dari sebuah kolam atau reservoir
dapat memberikan informasi tentang apakah kolam atau reservoir berfungsi
sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon dioksida.
2.4 Siklus
Hidrologi (Air)
Daur / siklus
hidrologi, siklus air, atau siklus H2O adalah sirkulasi yang tidak pernah
berhenti dari air di bumi dimana air dapat berpindah dari darat ke udara
kemudian ke darat lagi bahkan tersimpan di bawah permukaan dalam tiga fasenya
yaitu cair (air), padat (es), dan gas (uap air). Daur hidrologi merupakan salah
satu dari daur biogeokimia. Siklus hidrologi memainkan peran penting dalam
cuaca, iklim, dan ilmu meteorologi. Keberadaan siklus hidrologi sangat
significant dalam kehidupan. kita tidak akan lama-lama di bagian pembukaan, ayo
kita segera meluncur ke detail-detail dari proses siklus hidrologi.
Meskipun
keseimbangan air di bumi tetap konstan dari waktu ke waktu, molekul air bisa
datang dan pergi, dan keluar dari atmosfer. Air bergerak dari satu tempat ke
tempat yang lain, seperti dari sungai ke laut, atau dari laut ke atmosfer, oleh
proses fisik penguapan, kondensasi, presipitasi, infiltrasi, limpasan, dan
aliran bawah permukaan. Dengan demikian, air berjalan melalui fase yang
berbeda: cair, padat, dan gas.
Secara garis
besar proses siklus hidrologi di alam adalah seperti yang terlihat dalam
gambar berikut.
Gambar: Siklus Hidrologi di alam
Siklus
hidrologi melibatkan pertukaran energi panas, yang menyebabkan perubahan suhu.
Misalnya, dalam proses penguapan, air mengambil energi dari sekitarnya dan
mendinginkan lingkungan. Sebaliknya, dalam proses kondensasi, air melepaskan
energi dengan lingkungannya, pemanasan lingkungan. Siklus air secara signifikan
berperan dalam pemeliharaan kehidupan dan ekosistem di Bumi. Bahkan saat air
dalam reservoir masing-masing memainkan peran penting, siklus air membawa
signifikansi ditambahkan ke dalam keberadaan air di planet kita. Dengan
mentransfer air dari satu reservoir ke yang lain, siklus air memurnikan air,
mengisi ulang tanah dengan air tawar, dan mengangkut mineral ke berbagai bagian
dunia. Hal ini juga terlibat dalam membentuk kembali fitur geologi bumi,
melalui proses seperti erosi dan sedimentasi. Selain itu, sebagai siklus air juga
melibatkan pertukaran panas, hal itu berpengaruh pada kondisi iklim di bumi.
Pada siklus
hidrologi matahari berperan sangat penting. Matahari merupakan sumber energi
yang mendorong siklus air, memanaskan air dalam samudra dan laut. Akibat
pemanasan ini, air menguap sebagai uap air ke udara. 90 % air yang menguap
berasal dari lautan. Es dan salju juga dapat menyublim dan langsung menjadi uap
air. Selain itu semua, juga terjadi evapotranspirasi air terjadi dari tanaman
dan menguap dari tanah yang menambah jumlah air yang memasuki atmosfer.
Air di atmosfer berada dalam bentuk
uap air. Uap air berasal dari air di daratan dan laut yang menguap karena panas
cahaya matahari. Sebagian besar uap air di atmosfer berasal dari laut karena
laut mencapai tigaperempat luas permukaan bumi. Setelah air
tadi menjadi uap air, Arus udara naik mengambil uap air agar bergerak naik
sampai ke atmosfir. Semakin tinggi suatu tempat, suhu udaranya akan semakin
rendah. Nantinya suhu dingin di atmosfer menyebabkan uap air mengembun menjadi
awan yang turun
ke daratan dan laut dalam bentuk hujan. Air hujan di daratan masuk ke dalam
tanah membentuk air permukaan tanah dan air tanah.. Untuk kasus
tertentu, uap air berkondensasi di permukaan bumi dan membentuk kabut.
Arus udara
(angin) membawa uap air bergerak di seluruh dunia. Banyak proses meteorologi
terjadi pada bagian ini. Partikel awan bertabrakan, tumbuh, dan air jatuh dari
langit sebagai presipitasi. Beberapa presipitasi jatuh sebagai salju atau hail,
sleet, dan dapat terakumulasi sebagai es dan gletser, yang dapat menyimpan air
beku untuk ribuan tahun. Snowpack (salju padat) dapat mencair dan meleleh, dan
air mencair mengalir di atas tanah sebagai snowmelt (salju yang mencair).
Sebagian besar air jatuh ke permukaan dan kembali ke laut atau ke tanah sebagai
hujan, dimana air mengalir di atas tanah sebagai limpasan permukaan.
Sebagian dari
limpasan masuk sungai, got, kali, lembah, dan lain-lain. Semua aliran itu
bergerak menuju lautan. sebagian limpasan menjadi air tanah disimpan sebagai
air tawar di danau. Tidak semua limpasan mengalir ke sungai, banyak yang
meresap ke dalam tanah sebagai infiltrasi. Infiltrat air jauh ke dalam tanah
dan mengisi ulang akuifer, yang merupakan toko air tawar untuk jangka waktu
yang lama. Sebagian infiltrasi tetap dekat dengan permukaan tanah dan bisa
merembes kembali ke permukaan badan air (dan laut) sebagai debit air tanah.
Beberapa tanah menemukan bukaan di permukaan tanah dan keluar sebagai mata air
air tawar. Seiring waktu, air kembali ke laut, di mana siklus hidrologi kita
mulai
Setelah mencapai tanah, siklus
hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
- Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dan sebagainya. Kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
- Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
- Air Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya. Tempat terbesar tejadi di laut.
Peran siklus hidrologi dalam siklus
biogeokimia, aliran air di atas dan di bawah bumi adalah komponen kunci dari
perputaran siklus biogeokimia lainnya. Limpasan bertanggung jawab untuk hampir
semua transportasi sedimen terkikis dan fosfor dari darat ke badan air.
Salinitas lautan berasal dari erosi dan transportasi garam terlarut dari tanah.
Eutrofikasi danau terutama disebabkan fosfor, diterapkan lebih untuk bidang
pertanian di pupuk, dan kemudian diangkut sungai darat dan bawah. Limpasan dan
aliran air tanah memainkan peran penting dalam pengangkutan nitrogen dari tanah
ke badan air. Zona mati di outlet Sungai Mississippi merupakan konsekuensi dari
nitrat dari pupuk terbawa bidang pertanian dan disalurkan ke sistem sungai ke
Teluk Meksiko. Limpasan juga memainkan peran dalam siklus karbon, sekali lagi
melalui pengangkutan batu terkikis dan tanah.
Air merupakan kebutuhan manusia
yang sangat penting, karena berdasarkan fungsinya air dapat digunakan
sebagai pelarut kation dan anion, pengatur suhu tubuh, pengatur tekanan
osmotik sel, dan bahan baku
fotosintesis. Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang
tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Tumbuhan
darat menyerap air yang ada di dalam tanah. Dalam tubuh tumbuhan air mengalir
melalui suatu pembuluh. Kemudian melalui tranpirasi uap air dilepaskan oleh
tumbuhan ke atmosfer. Transpirasi oleh tumbuhan mencakup 90% penguapan pada
ekosistem darat.
Hewan
memperoleh air langsung dari air permukaan serta dari tumbuhan dan hewan yang
dimakan, sedangkan manusia menggunakan sekitar seperempat air tanah. Sebagian
air keluar dari tubuh hewan dan manusia sebagai urin dan keringat.
Siklus
hidrologi dibedakan ke dalam tiga jenis yaitu:
- Siklus Pendek : Air laut menguap kemudian melalui proses kondensasi berubah menjadi butir-butir air yang halus atau awan dan selanjutnya hujan langsung jatuh ke laut dan akan kembali berulang.
- Siklus Sedang : Air laut menguap lalu dibawa oleh angin menuju daratan dan melalui proses kondensasi berubah menjadi awan lalu jatuh sebagai hujan di daratan dan selanjutnya meresap ke dalam tanah lalu kembali ke laut melalui sungai-sungai atau saluran-saluran air.
- Siklus Panjang : Air laut menguap, setelah menjadi awan melalui proses kondensasi, lalu terbawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi di daratan dan terjadilah hujan salju atau es di pegunungan-pegunungan yang tinggi. Bongkah-bongkah es mengendap di puncak gunung dan karena gaya beratnya meluncur ke tempat yang lebih rendah, mencair terbentuk gletser lalu mengalir melalui sungai-sungai kembali ke laut.
Kegiatan manusia dapat
berpengaruh buruk terhadap siklus hidrologi, beberapa contoh nya
antara lain:
- Penebangan hutan secara berlebihan yang mengakibatkan pengaruh terhadap jumlah resapan air kedalam tanah. hutan yang gundul tidak akan dapat menyerap air sehingga ketika hujan turun air akan mengalir langsung kelaut. karena tidak ada resapan yang terjadi karena hutan gundul, akibatnya laposan atas tanah dan humus terkikis oleh air yang mengalir, akibat lainnya terjadi banjir dan longsor.
- Pembagunan pemukiman yang tidak memperhatikan aspek lahan serapan air, akibatnya lahan yang seharusnya menjadi tempat serapan air menjadi tertutupi pemukiman, dimana dipastikan sebagian besar halaman pemukiman di tutup oleh jalanan, semen/beton, akibat penutupan lahan serapan tersebut terjadi lah banjir. Sementara siklus air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan sebaliknya tidak lagi berjalan seimbang karena proses resapan yang tidak maksimal. Air bersih yang turun ke bumi dalam bentuk hujan, tidak lagi meresap maksimal ke dalam tanah, tapi mengalir menjadi banjir.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Fosfor dengan proporsi yang cukup
besar di perairan tawar, terikat dalam fosfat organic dan sel-sel penyusun
organisme hidup ataupun mati, serta di dalam atau diabsorbsi menjadi koloid.
2. Kisaran fosfor total di perairan tawar cukup besar dari
<5 ug I-1 pada perairan yang sangat tidak produktif sampai
> 100 ug I-1 di perairan yang sangat eutrofik. Sebagian besar
perairan tawar yang tidak terkontaminasi mengandung fosfor 10-50 ug total P I-1.
3. Fosfor memasuki perairan tawar
melalui presipitasi atmosfer dari limpasan permukaan dan dari air tanah.
4. Daur Nitrogen
merupakan suatu siklus yang sempurna, namun kompleks.
5. Siklus Nitrogen di bantu oleh
bakteri nitrifikasi yaitu nitrosomonas dan nitrobacter.
6. Siklus nitrogen dimulai dari
masuknya nitrogen ke suatu perairan berupa NH4 dan NH3
lalu mengalami proses nitrifikasi, denitrifikasi, fiksasi, dan mineralisasi.
7.
Siklus
air atau disebut juga sebagai siklus hidrologi merupakan sirkulasi air yang
berkelanjutan antara lautan, atmosfer, biosfer, tanah dan batuan di geosfer.
Siklus hidrologi air tergantung pada proses evaporasi dan presipitasi.
8.
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia
dimana karbon dipertukarkan di antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer
bumi.
3.2 Saran
Sebaiknya
kita sebagai makhluk yang mencintai bumi, sepatutnya turut menjaga serta
melestarikan kekayaan bumi. Terutama ekosistem air tawar, mengingat dalam
ekosistem air tawar memiliki tingkat keanekaragaman yang cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://widiindrakesuma.blogspot.com/2013/10/siklus-fosfor-dan-nitrogen-di-perairan.html
·
http://syilgagemily.blogspot.com/2012/06/siklus-biogeokimia.html
·
http://rahel12venus.blogspot.com/2012/10/siklus-biogeokimia-air-karbon-nitrogen.html